KOMUNITAS TANTE TANTE GIRANG

Informasi komunitas tante girang kesepian Jakarta dan sekitarnya dibawah ini mungkin sedikit perlu ditelusuri keberadaannya, tentunya para tante girang hunter ingin segera take action untuk sekedar mencari informasi bagaimana cara mudah mencari keberadaan komunitas tante tante kesepian ini.

Nah untuk mengobati kerinduan para sobat bagaimana hepi-nya mereka saat party, ngumpul-ngumpul, dan bergumul, dibawah ini ada beberapa koleksi foto poto yang mungkin lebih meyakinkan sobat bahwa komunitas tante girang kesepian memang sudah eksis sejak lama.


komunitas tante tante girang kesepian indonesia
Komunitas Tante Tante Girang Kesepian Indonesia

forum tante girang
Forum Tante Girang
Tempat favorit mereka mungkin ga terlalu jauh sama tempat senam, mall2, salon kecantikan, dan yang ga bakal mereka lewatin saat party ya tempat dugem. Itu mungkin berlaku buat tante tante tajir. Terus bagaimana menemukan komunitas tante girang kere alias boke tapi "pingin" party? Cara paling mudah ya tentu saja media sosial seperti

TANTE EVI YG HOT




cerita tante girang
Sepulang dari kampus sekitar jam 9 malem karena ada kuliah malam. Sesampainya di tempat kost, perutku minta diisi. Aku langsung saja pergi ke warung tempat langgananku di depan rumah. Warung itu milik Ibu Marni, umurnya 29 tahun. Dia seorang janda ditinggal mati suaminya dan belum memiliki anak. Orangnya cantik dan bodynya bagus. Aku melihat warungnya masih buka tapi kok kelihatannya sudah sepi. Wah, jangan-jangan makanannya sudah habis, aduh bisa mati kelaparan aku nanti. Lalu aku langsung masuk ke dalam warungnya. "Tante..?" "Ehhh. Dik Anton, mau makan ya?" "Eee.. ayam gorengnya masih ada, Tante?" "Aduhh.. udah habis tuch, ini tinggal kepalanya doang." "Waduhh.. bisa makan nasi tok nich.." kataku memelas. "Kalau Dik Anton mau, ayo ke rumah tante. Di rumah tante ada persediaan ayam goreng. Dik Anton mau nggak?" "Terserah Tante aja dech.." "Tunggu sebentar ya, biar Tante tutup dulu warungnya?" "Mari saya bantu Tante." Lalu setelah menutup warung itu, saya ikut dengannya pergi ke rumahnya yang tidak jauh dari warung itu. Sesampai di rumahnya.. "Dik Anton, tunggu sebentar ya.

Owwww iya, atau mau nonton TV nyalakan aja.. ya jangan malu-malu. Tante mau ganti pakaian dulu.." "Ya Tante.." jawabku. Lalu Tante Marni masuk ke kamarnya, terus beberapa saat kemudian dia keluar dari kamar dengan hanya mengenakan kaos dan celana pendek warna putih. Wow keren, bodynya yang sexy terpampang di mataku, puting susunya yang menyembul dari balik kaosnya itu, betapa besar dan menantang susunya itu. Kakinya yang panjang dan jenjang, putih dan mulus serta ditumbuhi bulu-bulu halus. Dia menuju ke dapur, lalu aku meneruskan nonton TV-nya. Setelah beberapa saat. "Dik.. Dik Anton.. coba kemari sebentar?" "Ya Tante.. sebentar.." kataku sambil berlari menuju dapur. Setelah sampai di pintu dapur. "Ada apa Tante?" tanyaku. "E.. Tante cuman mau tanya, Dik Anton suka bagian mana.. dada, sayap atau paha?" "Eee.. bagian paha aja, Tante." kataku sambil memandang tubuh Tante Marni yang tidak bisa diungkapkan oleh kata-kata.

Tubuhnya begitu indah. "Dik Anton suka paha ya.. eehhmm.." katanya sambil menggoreng ayam. "Ya Tante, soalnya bagian paha sangat enak dan gurih." kataku. "Aduhh Dik.. tolong Dik.. paha Tante gatel.. aduhh.. mungkin ada semut nakal.. aduhh.." Aku kaget sekaligus bingung, kuperiksa paha Tante. Tidak ada apa-apa. "Nggak ada semutnya kok Tante.." kataku sambil memandang paha putih mulus plus bulu-bulu halus yang membuat Kontol ku naik 10%. "Masak sih, coba kamu gosok-gosok pakai tangan biar gatelnya hilang." pintanya. "Baik Tante.." lalu kugosok-gosok pahanya dengan tanganku. Wow, begitu halus, selembut kain sutera dari China

"Bagaimana Tante, sudah hilang gatelnya?" "Lumayan Dik, aduh terima kasih ya. Dik Anton pintar dech.." katanya membuatku jadi tersanjung. "Sama-sama Tante.." kataku. "Oke, ayamnya sudah siap.. sekarang Dik Anton makan dulu. Sementara Tante mau mandi dulu ya." katanya. "Baik Tante, terima kasih?" kataku sambil memakan ayam goreng yang lezat itu. Disaat makan, terlintas di pikiranku tubuh Tante Marni yang telanjang. Oh, betapa bahagianya mandi berdua dengannya. Aku tidak bisa konsentrasi dengan makanku.

Pikiran kotor itu menyergap lagi, dan tak kuasa aku menolaknya. Tante Marni tidak menyadari kalau mataku terus mengikuti langkahnya menuju kamar mandi. Ketika pintu kamar mandi telah tertutup, aku membayangkan bagaimana tangan Tante Marni mengusap lembut seluruh tubuhnya dengan sabun yang wangi, mulai dari wajahnya yang cantik, lalu pipinya yang mulus, bibirnya yang sensual, lehernya yang jenjang, susunya yang montok, perut dan pusarnya, terus Memeknya, bokongnya yang montok, pahanya yang putih dan mulus itu. Aku lalu langsung saja mengambil sebuah kursi agar bisa mengintip lewat kaca di atas pintu itu. Di situ tampak jelas sekali. Tante Marni tampak mulai mengangkat ujung kaosnya ke atas hingga melampaui kepalanya.

Tubuhnya tinggal terbalut celana pendek dan BH, itu pun tak berlangsung lama, karena segera dia melucutinya. Dia melepaskan celana pendek yang dikenakannya, dan dia tidak memakai CD. Kemudian dia melepaskan BH-nya dan meloncatlah susunya yang besar itu. Lalu, dengan diguyur air dia mengolesi seluruh tubuhnya dengan sabun LUX, lalu tangannya meremas kedua susunya dan berputar-putar di ujungnya.

Kejantananku seakan turut merasakan pijitannya jadi membesar sekitar 50%. Dengan posisi berdiri sambil bersandar tembok, Tante Marni meneruskan gosokannya di daerah selangkangan, sementara matanya tertutup rapat, mulutnya menyungging. Beberapa saat kemudian.. "Ayo, Dik Anton.. masuk saja tak perlu mengintip begitu, kan nggak baik, pintunya nggak dikunci kok!" tiba-tiba terdengar suara dari Tante Marni dari dalam. Seruan itu hampir saja membuatku pingsan dan amat sangat mengejutkan. "Maaf yah Tante. Anton tidak sengaja lho," sambil pelan-pelan membuka pintu kamar mandi yang memang tidak terkunci. Tetapi setelah pintu terbuka, aku seperti patung menyaksikan pemandangan yang tidak pernah terbayangkan. Tante Marni tersenyum manis sekali dan..

"Ayo sini dong temani Tante mandi ya, jangan seperti patung gicu?" "Baik Tante.." kataku sambil menutup pintu. "Dik Anton.. kontolnya bangun ya?" "Iya Tante.. ah jadi malu saya.. abis Anton liat Tante telanjang gini mana harum lagi, jadi nafsu saya, Tante.." "Ah nggak pa-pa kok Dik Anton, itu wajar.." "Dik Anton pernah ngesex belum?" "Eee.. belum Tante.." "Jadi, Dik Anton masih perjaka ya, wow ngetop dong.." "Akhh.. Tante jadi malu, Anton." Waktu itu bentuk celanaku sudah berubah 70%, agak kembung, rupanya Tante Marni juga memperhatikan. "Dik Anton, kontolnya masih bangun ya?" Aku cuman mengangguk saja, dan diluar dugaanku tiba-tiba Tante Marni mendekat dengan tubuh telanjangnya meraba Kontol ku. "Wow besar juga burungmu, Dik Anton.." sambil terus diraba turun naik, aku mulai merasakan kenikmatan yang belum pernah kurasakan.

"Dik Anton.. boleh dong Tante liat kontolnya?" belum sempat aku menjawab, Tante Marni sudah menarik ke bawah celana pendekku, praktis tinggal CD-ku yang tertinggal plus kaos T-shirtku. "Oh.. besar sekali dan sampe keluar gini, Dik Anton." kata Tante sambil mengocok Kontol ku, nikmat sekali dikocok Tante Marni dengan tangannya yang halus mulus dan putih itu. Aku tanpa sadar terus mendesah nikmat, tanpa aku tahu, Kontol ku ternyata sudah digosok-gosokan diantara payudaranya yang montok dan besar itu.

"Ough.. Tante.. nikmat Tante.. ough.." desahku sambil bersandar di dinding. Setelah itu, Tante Marni memasukkan Kontol ku ke bibirnya, dengan buasnya dia mengeluar-masukkan Kontol ku di mulutnya sambil sekali-kali menyedot, kadang-kadang juga dia menjilat dan menyedot habis 2 telur kembarku. Aku kaget, tiba-tiba Tante Marni menghentikan kegiatannya. Dia pegangi Kontol ku sambil berjalan ke arah bak mandi, lalu Tante Marni nungging membelakangiku, sebongkah pantat terpampang jelas di depanku.

"Dik Anton.. berbuatlah sesukamu.. kerjain Tante ya?!" Aku melihat pemandangan yang begitu indah, Memek dengan bulu halus yang tidak terlalu lebat. Lalu langsung saja kusosor Memeknya yang harum dan ada lendir asin yang begitu banyak keluar dari Memeknya. Kulahap dengan rakus Memek Tante Marni, aku mainkan lidahku di klitorisnya, sesekali kumasukkan lidahku ke lubang Memeknya. "Ough Tonn.. ough.." desah Tante Marni sambil meremas-remas susunya. "Terus Ton.. Tonn.." aku semakin keranjingan, terlebih lagi waktu kumasukkan lidahku ke dalam Memeknya ada rasa hangat dan denyut-denyut kecil semakin membuatku gila. Kemudian Tante Marni tidur terlentang di lantai dengan kedua paha ditekuk ke atas.

"Ayo Dik Anton.. Tante udah nggak tahan.. mana burungmu Ton?" "Tante udah nggak tahan ya?" kataku sambil melihat pemandangan demikian menantang, Memeknya dengan sedikit rambut lembut, dibasahi cairan harum asin demikian terlihat mengkilat, aku langsung menancapkan Kontol ku di bibir Memeknya. "Aoghh.." teriak Tante Marni. "Kenapa Tante..?" tanyaku kaget. "Nggak.. Nggak apa-apa kok Ton.. teruskan.. teruskan.." Aku masukkan kepala Kontol ku di Memeknya. "Sempit sekali Tante.. sempit sekali Tante?" " Nggak pa-pa Ton.. terus aja.. soalnya udah lama sich Tante nggak ginian.. ntar juga enak kok.." Yah, aku paksa sedikit demi sedikit, baru setengah dari Kontol ku amblas. Tante Marni sudah seperti cacing kepanasan menggelepar kesana kemari.

"Ough.. Ton.. ouh.. Ton.. enak Ton.. terus Ton.. oughh.." desah Tante Marni, begitu juga aku walaupun Kontol ku masuk ke Memeknya cuman setengah tapi kempotannya sungguh luar biasa, nikmat sekali. Semakin lama gerakanku semakin cepat, kali ini Kontol ku sudah amblas dimakan Memek Tante Marni. Keringat mulai membasahi badanku dan badan Tante Marni. Tiba-tiba Tante Marni terduduk sambil memelukku dan mencakarku. "Oughh Ton.. ough.. luar biasa.. oughh.. Tonn.." katanya sambil merem melek. "Kayaknya aku mau keluar.. ough.." Kontol ku tetap menancap di Memek Tante Marni. "Dik Anton udah mau keluar ya?" Aku menggeleng, kemudian Tante Marni terlentang kembali. Aku seperti kesetanan menggerakkan badanku maju mundur, aku melirik susunya yang bergelantungan karena gerakanku, aku menunduk, kucium putingnya yang coklat kemerahan.

Tante Marni semakin mendesah, "Ough.. Tonn.." tiba-tiba Tante Marni memelukku sedikit agak mencakar punggungku. "Oughh.. Tonn.. aku keluar lagi.." Memeknya kurasakan semakin licin dan semakin besar, tapi denyutannya semakin kerasa. Aku dibuat terbang rasanya.

Ah, rasanya aku sudah mau keluar. Sambil terus goyang, kutanya Tante Marni. "Tante.. aku keluarin di mana Tante..? Di dalam boleh nggak..?" "Terseraahh.. Soonn.." desah Tante Marni. Kupercepat gerakanku, burungku berdenyut keras, ada sesuatu yang akan dimuntahkan oleh Kontol ku. Akhirnya semua terasa enteng, badanku serasa terbang, ada kenikmatan yang sangat luar biasa. Akhirnya kumuntahkan laharku dalam Memek Tante Marni, masih kugerakkan badanku dan rupanya Tante Marni keluar kembali lalu dia gigit dadaku, "Oughh.." "Dik Anton.. Tonn.. kamu memang hebat.." Aku kembali mangenakann CD-ku serta celana pendekku. Sementara Tante Marni masih tetap telanjang, terlentang di lantai.

"Dik Anton.. kalo mau beli makan malam lagi yah.. jam-jam sekian aja ya.." kata Tante Marni menggodaku sambil memainkan puting dan klitorisnya yang masih nampak bengkak. "Tante ingin Dik Anton sering makan di rumah Tante ya.." kata Tante Marni sambil tersenyum genit. Kemudian aku pulang, aku jadi tertawa sendiri karena kejadian tadi. Ya gimana tidak ketawa cuma gara-gara "Ayam Goreng" aku bisa menikmati indahnya bercinta dengan Tante Marni.

Demikian Cerita tante girang yang bisa saya suguhkan hari ini untuk para pengunjung tercinta blog saya. Jangan lupa berkunjung kembali ya!

TANTE VIDA YG BINAL HAUS SEX

Cerita dewasa seks mesum terbaru ini menceritakan pengalaman seks pribadi seorang tante. Bagaimana tante hot ini memberikan cerita pengalaman perilaku seksnya. Seperti apa cerita Gairah Tubuh Tante Vida Hot ini.

Begini ceritanya:
Nama saya Dodi. Sekarang saya masih kuliah di Universitas dan Fakultas paling favorit di Yogyakarta. Saya ingin menceritakan pengalaman saya pertama kali berkenalan dengan permainan seks yang mungkin membuat saya sekarang haus akan seks.Waktu itu saya masih sekolah di salah satu SMP favorit di Yogyakarta. Hari itu saya sakit sehingga saya tidak bisa berangkat sekolah, setelah surat ijin saya titipkan ke teman terus saya pulang. Ketika sampai di rumah Papa dan Mama sudah pergi ke kantor dan Mama pesan supaya saya istirahat saja di rumah dan Mama sudah memanggil Tante Vida untuk menjaga saya. Tante Vida waktu itu masih sekolah di sekolah perawat. Sehabis minum obat, mata saya terasa mengantuk. Ketika mau 


http://pusatvimax.com/pesan-sekarang/


terlelap Tante Vida mengetuk kamarku.
Dia bilang, "Dod, sudah tidur?" Saya jawab dari dalam, "Belum, tante!" Tante Vida bertanya, "Kalau belum boleh tante masuk." Terus saya bukakan pintu, waktu itu saya sempat kaget juga melihat Tante Vida. Dia baru saja pulang dari aerobik, masih dengan pakaian senam dia masuk ke kamar. Walau masih SMP kelas 2 lihat Tante Vida dengan pakaian gitu merasa keder juga. Payudaranya yang montok seperti tak kuasa pakaian senam itu menahannya. Kemudian dia duduk di samping. Dia bilang, "Dod, kamu mau saya ajari permainan nggak Dod?" Tanpa pikir panjang, saya jawab, "Mau tante, tapi permainan apa lha wong Dodi baru sakit gini kok!"
Tante Vida berkata, "Namanya permainan kenikmatan, tapi mainnya harus di kamar mandi. Yuk" Sambil Tante Vida menggandeng tanganku masuk ke kamar mandi saya. Saya sih mau-mau saja. Kemudian mulai dia melorotkan celana saya sambil berkata, "Wah, burungmu untuk anak SMP tergolong besar Dod." Tante Vida terkagum-kagum. Waktu itu saya cuma cengengesan saja, lha wong hati saya deg-degan sekali waktu itu.
Terus dia mulai membasahi kemaluan saya dengan air, kemudian dia beri shampo, terus digosok. Lama-lama saya merasa kemaluan saya semakin lama semakin keras. Setelah terasa kemudian dia melucuti pakaiannya satu demi satu. Ya, tuhan ternyata tubuhnya sintal banget. Payudaranya yang montok, dengan pentil yang tegang, pantat yang berisi dan sintal kemudian vaginanya yang merah muda dengan rambut kemaluan yang lebat. Kemudian dia berjongkok, setelah itu dia mengulum penis saya, dadanya yang montok ikut bergoyang. Dada dan nafasku semakin memburu.
Saya cuma bisa memejamkan mata, aduh nikmatnya yang namanya permainan seks. Kemudian, saya nggak tahu tiba-tiba saja naluri saya bergerak. Tangan saya mulai meremas-remas dadanya, sementara tangan saya yang satu turun mencari liang vaginanya. Kemudian saya masukkan jari saya, dia meritih, "Akhh, Dodi!" Saya semakin panas, saya kulum bibirnya yang ranum, saya nggak peduli lagi. Setelah bibir, kemudian turun saya ciumi leher dan akhir saya kulum punting susunya. Dia semakin merintih, "Aakhh, Dodi terus Dod!" Saya nggak tahu berapa lama kami di kamar mandi, terus tahu-tahu dia sudah di atas saya. "Dodi sekarang tante kasih akhir permaianan yang manis, ya?"

Gairah Tubuh Tante Vida Hott

Dia meraih kemaluan saya yang sudah tegang sekali waktu itu. Kemudian dimasukkan ke dalam vaginanya. Kami berdua sama-sama merintih, "Akhh! Lagi tante.. lagi tantee." Terus dia mulai naik turun, sampai saya merasa ada yang meletus dari penis saya dan kami sama-sama lemas. Setelah itu kami mandi bersama-sama. Waktu mandi pun kami sempat mengulangi beberapa kali.
Setelah itu kami berdua sama-sama ketagihan. Kami bermain mulai dari kamar saya, pernah di sebuah hotel di kaliurang malah pernah cuma di dalam mobil. Rata-rata dalam satu minggu kami bisa 2-3 kali bermain dan pasti berakhir dengan kepuasan karena Tante Vida pintar membuat variasi permainan sehingga kami tidak bosan. Setelah Tante Vida menikah saya jadi kesepian. Kadang kalau baru kepingin saya cuma bisa dengan pacar saya, Nanda.
Untung kami sama-sama tegangan tinggi, tapi dari segi kepuasan saya kurang puas mungkin karena saya sudah jadi "Hiperseks" atau mungkin Tante Vida yang begitu mahirnya sehingga bisa mengimbangi apa yang saya mau. Nah, buat cewek-cewek atau tante-tante bermukim di Yogya yang sama-sama tegangan tinggi, kapan-kapan kita bisa saling berkenalan dan berhubungan.
Mungkin kita bisa bermain seperti Tante Vida.

TANTE DESSY YANG HOT

Cerita Dewasa Ngentot Tante Girang - Aku jadi pemuas nafsu tante girang bernama tante Dessy. Skandal sex dengan tante ini telah terjadi beberapa tahun lalu, sewaktu aku masih kuliah di Bandung. Sebagai mahasiswa semester awal sebuah perguruan tinggi swasta di Bandung, saat itu merupakan masa-masa adaptasiku dengan lingkungan sosial maupun lingkungan kampus. Maklum sekian lama hidup ma orang tua, sekarang harus mandiri, semuanya diatur sendiri.


tante horny
Menginjak semester tiga, aku bermaksud pindah tempat kos yang lebih baik. Ini biasa, mahasiswa tahun pertama pasti dapat tempat kos yang asal-asalan. Baru tahun berikutnya mereka bisa mendapat tempat kos yang lebih sesuai selera dan kebutuhan. Setelah “hunting” yang cukup melelahkan akhirnya aku mendapatkan tempat kos yang cukup nyaman di daerah Dago Utara. Untuk ukuran Bandung sekalipun, daerah ini termasuk sangat dingin apalagi di waktu malam. Kamar kosku berupa paviliun yang terpisah dari rumah utama. Ada dua kamar, yang bagian depan diisi oleh Sahat, mahasiswa kedokteran yang kutu buku dan rada cuek. Aku sendiri dapat yang bagian belakang, dekat dengan rumah utama.

Bapak kosku, Om Bambang adalah seorang dosen senior di beberapa perguruan tinggi. Istrinya, Tante Dessy, wanita yang cukup menarik meskipun tidak terlalu cantik. Tingginya sekitar 163 cm dengan perawakan yang sedang, tidak kurus dan tidak gemuk. Untuk ukuran seorang wanita dengan 2 anak, tubuh Tante Dessy cukup terawat dengan baik dan tampak awet muda meski sudah berusia di atas 40 tahun. Maklumlah, Tante Dessy rajin ikut kelas aerobik. Kedua anak mereka kuliah di luar negeri dan hanya pulang pada akhir tahun ajaran.

Karena kesibukannya sebagai dosen di beberapa perguruan tinggi, Om Bambang agak jarang di rumah. Tapi Tante Dessy cukup ramah dan sering mengajak kami ngobrol pada saat-saat luang sehingga aku pribadi merasa betah tinggal di rumahnya. Mungkin karena Sahat agak cuek dan selalu sibuk dengan kuliahnya, Tante Dessy akhirnya lebih akrab denganku. Aku sendiri sampai saat itu belum pernah berpikir untuk lebih jauh dari sekedar teman ngobrol dan curhat. Tapi rupanya tidak demikian dengan Tante Dessy….

“Bagas, kamu masih ada kuliah hari ini?”, tanya Tante Dessy suatu hari.
“Enggak tante…”
“Kalau begitu bisa anterin tante ke aerobik?”
“Oh, bisa tante…”

Tante Dessy tampak seksi dengan pakaian aerobiknya, lekuk-lekuk tubuhnya terlihat dengan jelas. Kamipun meluncur menuju tempat aerobik dengan menggunakan mobil Kijang Putih milik Tante Dessy. Di sepanjang jalan Tante Dessy banyak mengeluh tentang Om Bambang yang semakin jarang di rumah.

“Om Bambang itu egois dan gila kerja, padahal gajinya sudah lebih dari cukup tapi terus saja menerima ditawari jadi dosen tamu dimana-mana…”
“Yach, sabar aja tante.. itu semua khan demi tante dan anak-anak juga,” kataku mencoba menghibur.
“Ah..Bagas, kalau orang sudah berumah tangga, kebutuhan itu bukan cuma materi, tapi juga yang lain. Dan itu yang sangat kurang tante dapatkan dari Om.”

Tiba-tiba tangan Tante Dessy menyentuh paha kiriku dengan lembut,
“Biarpun begini, tante juga seorang wanita yang butuh belaian seorang laki-laki… tante masih butuh itu dan sayangnya Om kurang peduli.”

Aku menoleh sejenak dan kulihat Tante Dessy menatapku dengan tersenyum. Tante Dessy terus mengelus-elus pahaku di sepanjang perjalanan. Aku tidak berani bereaksi apa-apa kecuali, takut membuat Tante Dessy tersinggung atau disangka kurang ajar.

Keluar dari kelas aerobik sekitar jam 4 sore, Tante Dessy tampak segar dan bersemangat. Tubuhnya yang lembab karena keringat membuatnya tampak lebih seksi.

“Gas, waktu latihan tadi tadi punggung tante agak terkilir… kamu bisa tolong pijitin tante khan?” katanya sambil menutup pintu mobil.
“Iya… sedikit-sedikit bisa tante,” kataku sambil mengangguk. Aku mulai merasa Tante Dessy menginginkan yang lebih jauh dari sekadar teman ngobrol dan curhat. Terus terang ini suatu pengalaman baru bagiku dan aku tidak tahu bagaimana harus menyikapinya. Sepanjang jalan pulang kami tidak banyak bicara, kami sibuk dengan pikiran dan khayalan masing-masing tentang apa yang mungkin terjadi nanti.

Setelah sampai di rumah, Tante Dessy langsung mengajakku ke kamarnya. Dikuncinya pintu kamar dan kemudian Tante Dessy langsung mandi. Entah sengaja atau tidak, pintu kamar mandinya dibiarkan sedikit terbuka. Jelas Tante Dessy sudah memberiku lampu kuning untuk melakukan apapun yang diinginkan seorang laki-laki pada wanita. Tetapi aku masih tidak tahu harus berbuat apa, aku hanya terduduk diam di kursi meja rias.

“Bagas sayang… tolong ambilkan handuk dong…” nada suara Tante Dessy mulai manja.

Lalu kuambil handuk dari gantungan dan tanganku kusodorkan melalui pintu sambil berusaha untuk tidak melihat Tante Dessy secara langsung. Sebenarnya ini tindakan bodoh, toh Tante Dessy sendiri sudah memberi tanda lalu kenapa aku masih malu-malu? Aku betul-betul salah tingkah. Tidak berapa lama kemudian Tante Dessy keluar dari kamar mandi dengan tubuh dililit handuk dari dada sampai paha. Baru kali ini aku melihat Tante Dessy dalam keadaan seperti ini, aku mulai terangsang dan sedikit bengong. Tante Dessy hanya tersenyum melihat tingkah lakuku yang serba kikuk melihat keadaannya.

“Nah, sekarang kamu pijitin tante ya… ini pakai body-lotion…” katanya sambil berbaring tengkurap di tempat tidur. Dibukanya lilitan handuknya sehingga hanya tertinggal BH dan CD-nya saja. Aku mulai menuangkan body-lotion ke punggung Tante Dessy dan mulai memijit daerah punggungnya.

“Tante, bagian mana yang sakit…” tanyaku berlagak polos.
“Semuanya sayang… semuanya… dari atas sampai ke bawah. Bagian depan juga sakit lho…nanti Bagas pijit ya…” kata Tante Dessy sambil tersenyum nakal.

Aku terus memijit punggung Tante Dessy, sementara itu aku merasakan penisku mulai membesar. Aku berpikir sekarang saatnya menanggapi ajakan Tante Dessy dengan aktif. Seumur hidupku baru kali inilah aku berkesempatan menyetubuhi seorang wanita. Meskipun demikian dari film-film BF yang pernah kutonton sedikit banyak aku tahu apa yang harus kuperbuat… dan yang paling penting ikuti saja naluri…

“Tante sayang…, tali BH-nya boleh kubuka?” kataku sambil mengelus pundaknya. Tante Dessy menatapku sambil tersenyum dan mengangguk. Aku tahu betul Tante Dessy sama sekali tidak sakit ataupun cedera, acara pijat ini cuma sarana untuk mengajakku bercinta. Setelah tali BH-nya kubuka perlahan-lahan kuarahkan kedua tanganku ke-arah payudaranya. Dengan hati-hati kuremas-remas payudaranya… ahh lembut dan empuk. Tante Dessy bereaksi, ia mulai terangsang dan pandangan matanya menatapku dengan sayu. Kualihkan tanganku ke bagian bawah, kuselipkan kedua tanganku ke dalam celana dalamnya sambil pelan-pelan kuremas kedua pantatnya selama beberapa saat. Tante Dessy dengan pasrah membiarkan aku mengeksplorasi tubuhnya. Kini tanganku mulai berani menjelajahi juga bagian depannya sambil mengusap-usap daerah sekitar vaginanya dengan lembut. Jantungku brdebar kencang, inilah pertamakalinya aku menyentuh vagina wanita dewasa… Perlahan tapi pasti kupelorotkan celana dalam Tante Dessy.

Sekarang tubuh Tante Dessy tertelungkup di tempat tidur tanpa selembar benangpun… sungguh suatu pemandangan yang indah. Aku kagum sekaligus terangsang. Ingin rasanya segera menancapkan batang kemaluanku ke dalam lubang kewanitaannya. Aku memejamkan mata dan mencoba bernafas perlahan untuk mengontrol emosiku.

Seranganku berlanjut, kuselipkan tanganku diantara kedua pahanya dan kurasakan rambut kemaluannya yang cukup lebat. Jari tengahku mulai menjelajahi celah sempit dan basah yang ada di sana. Hangat sekali raanya. Kurasakan nafas Tante Dessy mulai berat, tampaknya dia makin terangsang oleh perbuatanku.

“Mmhh… Bagas… kamu nakal ya…” katanya.
“Tapi tante suka khan…?”
“Mmhh.. terusin Gas… terusin… tante suka sekali.”

Jariku terus bergerilya di belahan vaginanya yang terasa lembut seperti sutra, dan akhirnya ujung jariku mulai menyentuh daging yang berbentuk bulat seperti kacang tapi kenyal seperti moci Cianjur. Itu klitoris Tante Dessy. Dengan gerakan memutar yang lembut kupermainkan klitorisnya dengan jariku dan diapun mulai menggelinjang keenakan. Kurasakan tubuhnya sedikit bergetar tidak teratur. Sementara itu aku juga sudah semakin terangsang, dengan agak terburu-buru pakaiankupun kubuka satu-persatu hingga tidak ada selembar benangpun menutup tubuhku, sama seperti Tante Dessy.

Kukecup leher Tante Dessy dan dengan perlahan kubalikkan tubuhnya. Sesaat kupandangi keindahan tubuhnya yang seksi. Payudaranya cukup berisi dan tampak kencang dengan putingnya yang berwarna kecoklatan memberi pesona keindahan tersendiri. Tubuhnya putih mulus dan nyaris tanpa lemak, sungguh-sungguh Tante Dessy pandai merawat tubuhnya. Diantara kedua pahanya tampak bulu-bulu kemaluan yang agak basah, entah karena baru mandi atau karena cairan lain. Sementara itu belahan vaginanya samar-samar tampak di balik bulu-bulu tersebut. Aku tidak habis pikir bagaimana mungkin suaminya bisa sering meninggalkannya dan mengabaikan keindahan seperti ini.

“Tante seksi sekali…” kataku terus terang memujinya. Kelihatan wajahnya langsung memerah.
“Ah.. bisa aja kamu merayu tante… kamu juga seksi lho Gas… lihat tuh burungmu sudah siap tempur… ayo jangan bengong gitu… terusin pijat seluruh badan tante….,” kata Tante Dessy sambil tersenyum memperhatikan penisku yang sudah mengeras dan menGasgak ke atas.

Aku mulai menjilati payudara Tante Dessy sementara itu tangan kananku perlahan-lahan mempermainkan vagina dan klitorisnya. Kujilati kedua bukit payudaranya dan sesekali kuhisap serta kuemut putingnya dengan lembut sambil kupermainkan dengan lidahku. Tante Dessy tampak sangat menikmati permainan ini sementara tangannya meraba dan mempermainkan penisku.

Aku ingin sekali menjilati kewanitaan Tante Dessy seperti dalam adegan film BF yag pernah kutonton. Perlahan-lahan aku mengubah posisiku, sekarang aku berlutut di atas tempat tidur diantara kedua kaki Tante Dessy. Dengan perlahan kubuka pahanya dan kulihat belahan vaginanya tampak merah dan basah. Dengan kedua ibu jariku kubuka bibir vaginanya dan terlihatlah liang kewanitaan Tante Dessy yang sudah menanti untuk dipuaskan, sementara itu klitorisnya tampak menyembul indah di bagian atas vaginanya. Tanpa menunggu komando aku langsung mengarahkan mulutku ke arah vagina Tante Dessy. Kujilati bibir vaginanya dan kemudian kumasukkan lidahku ke liang vaginanya yang terasa lembut dan basah. “Mmhhh.. aahhh” desahan nikmat keluar dari mulut Tante Dessy saat lidahku menjilati klitorisnya. Sesekali klitorisnya kuemut dengan kedua bibirku sambil kupermainkan dengan lidah. Aroma khas vagina wanita dan kehangatannya membuatku makin bersemangat, sementara itu Tante Dessy terus mendesah-desah keenakan. Sesekali jari tanganku ikut membantu masuk ke dalam lubang vaginanya.

“Aduuh.. Bagasi… enak sekali sayang… iya sayang… yang itu enak.. emmhh .. terus sayang… pelan-pelan sayang… iya… gitu sayang… terus.. aduuh.. aahh… mmhh..” katanya mencoba membimbingku sambil kedua tangannya terus menekan kepalaku ke selangkangannya. Tidak berapa lama kemudian pinggul Tante Dessy mulai berkedut-kedut, gerakannya terasa makin bertenaga, lalu pinggulnya maju-mundur dan berputar-putar tak terkendali. Sementara itu kedua tangannya semakin keras mencengkeram rambutku.

“Bagas.. Tante mau keluaar… aah.. uuh..aahh…oooh…. adduuh… sayaaang… Bagasiii…. terus jilat itu Gas… teruus… aduuuh… aduuuh…tante keluaaar…” bersamaan dengan itu kepalaku dijepit oleh kedua pahanya sementara lidah dan bibirku terus terbenam menikmati kehangatan klitoris dan vaginanya yang tiba-tiba dibanjiri oleh cairan orgasmenya. Beberapa saat tubuh Tante Dessy meregang dalam kenikmatan dan akhirnya terkulai lemas sambil matanya terpejam. Tampak bibir vaginanya yang merah merekah berdenyut-denyut dan basah penuh cairan.

“Bagas.. enak banget…. sudah lama tante nggak ngerasain yang seperti ini…” katanya perlahan sambil membuka mata. Aku langsung merebahkan diri di samping Tante Dessy, kubelai rambut Tante Dessy lalu bibir kami beradu dalam percumbuan yang penuh nafsu. Kedua lidah kami saling melilit, perlahan-lahan tanganku meraba dan mempermainkan pentil dan payudaranya. Tidak berapa lama kemudian tampaknya Tante Dessy sudah mulai naik lagi. Nafasnya mulai memburu dan tangannya meraba-raba penisku dan meremas-remas kedua buah bola pingpongku.

“Bagas sayang… sekarang gantian tante yang bikin kamu puas ya…” katanya sambil mengarahkan kepalanya ke arah selangkanganku. Tidak berapa lama kemudian Tante Dessy mulai menjilati penisku, mulai dari arah pangkal kemudian perlahan-lahan sampai ke ujung. Dipermainkannya kepala penisku dengan lidahnya. Wow.. nikmat sekali rasanya… tanpa sadar aku mulai melenguh-lenguh keenakan. Kemudian seluruh penisku dimasukkan ke dalam mulutnya. Tante Dessy mengemut dan sekaligus mempermainkan batang kemaluanku dengan lidahnya. Kadang dihisapnya penisku kuat-kuat sehingga tampak pipinya cekung. Kurasakan permainan oral Tante Dessy sungguh luar biasa, sementara dia mengulum penisku dengan penuh nafsu seluruh tubuhku mulai bergetar menahan nikmat. Aku merasakan penisku mengeras dan membesar lebih dari biasanya, aku ingin mengeluarkan seluruh isinya ke dalam vagina Tante Dessy. Aku sangat ingin merasakan nikmatnya vagina seorang wanita untuk pertama kali….

“Tante… Bagas pengen masukin ke punya tante… ” kataku sambil mencoba melepaskan penisku dari mulutnya. Tante Dessy mengangguk setuju, lalu ia membiarkan penisku keluar dari mulutnya. “Terserah Bagas sayang… keluarin aja semua isinya ke dalam veggie tante… tante juga udah pengen banget ngerasain punya kamu di dalam sini….”

Perlahan kurebahkan Tante Dessy disebelahku, Tante Dessy langsung membuka kedua pahanya mempersilahkan penisku masuk. Samar-samar kulihat belahan vaginanya yang merah. Dengan perlahan kubuka belahan vaginanya dan tampaklah lubang vagina Tante Dessy yang begitu indah dan menggugah birahi dan membuat jantungku berdetak keras. Aku takut kehilangan kontrol melihat pemandangan yang baru pertama kali aku alami, aku berusaha keras mengatur nafasku supaya tidak terlarut dalam nafsu…. Perlahan-lahan kupermainkan klitorisnya dengan jempol sementara jari tengahku masuk ke lubang vaginanya. Tidak berapa lama kemudian Tante Dessy mulai menggerak-gerakkan pinggulnya, “Bagas sayang.. masukin punyamu sekarang, tante udah siap…”

Kuarahkan penisku yang sudah mengeras ke lubang vaginanya, aku sudah begitu bernafsu ingin segera menghujamkan batang penisku ke dalam vagina Tante Dessy yang hangat. Tapi mungkin karena ini pengalaman pertamaku aku agak kesulitan untuk memasukkan penisku. Rupanya Tante Dessy menyadari kesulitanku. Dia memandangku dengan tersenyum…..

“Ini pengalaman pertama ya Gas….”
“Iya tante….” jawabku malu-malu.
“Tenang aja… nggak usah buru-buru… tante bantu…” katanya sambil memegang penisku. Diarahkannya kepala penisku ke dalam lubang vaginanya sambil tangan yang lain membuka bibir vaginanya, lalu dengan sedikit dorongan ke depan…masuklah kepala penisku ke dalam vaginanya. Rasanya hangat dan basah…. sensasinya sungguh luar biasa.

Akhirnya perlahan tapi pasti kubenamkan seluruh penisku ke dalam vagina Tante Dessy, aah.. nikmatnya. “Aaahh…Bagasi.. eemh…” Tante Dessy berbisik perlahan, dia juga merasakan kenikmatan yang sama. Sekalipun sudah diatas 40 tahun vagina Tante Dessy masih terasa sempit, dinding-dindingnya terasa kuat mencengkeram penisku. Aku merasakan vaginanya seperti meremas penisku dengan gerakan yang berirama. Luar biasa nikmat rasanya…. Perlahan kugerakkan pinggulku turun naik, Tante Dessy juga tidak mau kalah, pinggulnya bergerak turun naik mengimbangi gerakanku. Tangannya mencengkeram erat punggungku dan tanganku membelai rambutnya sambil meremas-remas payudaranya yang empuk. Sementara itu bibir kami berpagutan dengan liar….

Baru beberapa menit saja aku sudah mulai merasa seluruh tubuhku bergetar dijalari sensasi nikmat yang luar biasa… maklumlah ini pengalaman pertamaku… kelihatannya tidak lama lagi aku akan mencapai puncak orgasme.

“Tante…Bagas sudah hampir keluar…. aaah…uuh…” kataku berusaha keras menahan diri.
“Terusin aja Gas… kita barengan yaa…. tante juga udah mau keluar… aahh… Bagas… tusuk yang kuat Gas… tusuk sampai ujung sayang… mmhh….”

Kata-kata Tante Dessy membuatku makin bernafsu dan aku menghujamkan penisku berkali-kali dengan kuat dan cepat ke dalam vaginanya.

“Aduuh…Bagas udah nggak tahan lagi…” aku benar-benar sudah tidak dapat mengendalikan diri lagi, pantatku bergerak turun naik makin cepat dan penisku terasa membesar dan berdenyut-denyut bersiap mencapai puncak di dalam vagina Tante Dessy. Sementara itu Tante Dessy juga hampir mencapai orgasmenya yang kedua.

“Ayoo Gas… tante juga mau…ahhhh…ahhh kamu ganas sekali……. aaaahhh…. Bagasii…. sekarang Gas…. keluarin sekarang Gas… tante udah nggak tahan…mmmhhh”.
Tante Dessy juga mulai kehilangan kontrol, kedua kakinya dijepitkan melingkari pinggulku dan tangannya mencengkeram keras punggungku.

Dan kemudian aku melancarkan sebuah tusukan akhir yang maha dahsyat…

“Tante…aaaa…aaaagh….Bagas keluaaaar…..aagh..” aku mendesah sambil memuncratkan seluruh spermaku ke dalam liang kenikmatan Tante Dessy. Bersamaan dengan itu Tante Dessypun mengalami puncak orgasmenya,
“Bagasii…. aduuuh……tante jugaa….aaaah… I’m cumming honey… aaaahh…..aah….”

Kami berpelukan lama sekali sementara penisku masih tertanam dengan kuat di dalam vagina Tante Dessy. Ini sungguh pengalaman pertamaku yang luar biasa…. aku betul-betul ingin meresapi sisa-sisa kenikmatan persetubuhan yang indah ini. Akhirnya aku mulai merasakan kelelahan yang luar biasa, seluruh persendianku terasa lepas dari tempatnya. Kulepaskan pelukanku dan perlahan-lahan kutarik penisku yang mulai sedikit melemah karena kehabisan energi. Lalu aku terbaring lemas di sebelah Tante Dessy yang juga tergolek lemas dengan mata masih terpejam dan bibir bawahnya sedikit digigit. Kulihat dari celah vaginanya cairan spermaku meleleh melewati sela-sela pahanya. Rupanya cukup banyak juga spermaku muntah di dalam Tante Dessy.

Tak lama kemudian Tante Dessy membuka matanya dan tersenyum padaku,
“Gimana sayang…enak?” katanya sambil menyeka sisa spermaku dengan handuk. Aku hanya mengangguk sambil mengecup bibirnya.

“Tante nggak nyangka kalau kamu ternyata baru pertama kali “making-love”. Soalnya waktu “fore-play” tadi nggak kelihatan, baru waktu mau masukin penis tante tahu kalau kamu belum pengalaman. By the way, Tante senang sekali bisa dapat perjaka ting-ting seperti kamu. Tante betul-betul menikmati permainan ini. Kapan-kapan kalau ada kesempatan kita main lagi mau Gas…?”

Aku hanya diam tersenyum, betapa tololnya kalau aku jawab tidak. Tante Dessy membaringkan kepalanya di dadaku, kami terdiam menikmati perasaan kami masing-masing selama beberapa saat. Tapi tidak sampai 5 menit, energiku mulai kembali. Tubuh wanita matang yang bugil dan tergolek dipelukanku membuat aku kembali terangsang, perlahan-lahan penisku mulai membesar. Tangan kananku kembali meraba payudara Tante Dessy dan membelainya perlahan. Dia memandangku dan tersenyum, tangannya meraih penisku yang sudah kembali membesar sempurna dan digenggamnya erat-erat.

“Sudah siap lagi sayang…? Sekarang tante mau di atas ya…?” katanya sambil mengangkangi aku. Dibimbingnya penisku ke arah lubang vaginanya yang masih basah oleh spermaku. Kali ini dengan lancar penisku langsung meluncur masuk ke dalam vagina Tante Dessy yang sudah sangat basah dan licin. Kini Tante Dessy duduk diatas badanku dengan penisku terbenam dalam-dalam di vaginanya. Tangannya mencengkeram lenganku dan kepalanya menengadah ke atas dengan mata terpejam menahan nikmat.
“Aahh…Bagas… penismu sampai ke ujung… uuh…. mmhh… aahhh” katanya mendesah-desah. Gerakan Tante Dessy perlahan tapi penuh energi, setiap dorongannya selalu dilakukan dengan penuh energi sehingga membuat penisku terasa masuk begitu dalam di liang vaginanya. Pantat Tante Dessy terus bergerak naik turun dan berputar-putar, kadang-kadang diangkatnya cukup tinggi sehingga penisku hampir terlepas lalu dibenamkan lagi dengan kuat. Sementara itu aku menikmati goyangan payudaranya yang terombang-ambing naik-turun mengikuti irama gerakan binal Tante Dessy. Kuremas-remas payudaranya dan kupermainkan pentilnya sehingga membuat Tante Dessy makin bergairah. Gerakan Tante Dessy makin lama makin kuat dan dia betul-betul melupakan statusnya sebagai seorang istri dosen yang terhormat. Saat itu dia menampilkan dirinya yang sesungguhnya dan apa adanya… seorang wanita yang sedang dalam puncak birahi dan haus akan kenikmatan. Akhirnya gerakan kami mulai makin liar dan tak terkontrol…

“Bagas… tante sudah mau keluar lagi…. aaah… mmmhh.. uuuughhh…”
“Ayoo tante… Bagas juga udah nggak tahan…”

Akhirnya dengan sebuah sentakan yang kuat Tante Dessy menekan seluruh berat badannya ke bawah dan penisku tertancap jauh ke dalam liang vaginanya sambil memuncratkan seluruh muatan… Tangan Tante Dessy mencengkeram keras dadaku, badannya melengkung kaku dan mulutnya terbuka dengan gigi yang terkatup rapat serta matanya terpejam menahan nikmat. Setelah beberapa saat akhirnya Tante Dessy merebahkan tubuhnya di atasku, kami berdua terkulai lemas kelelahan. Malam itu untuk pertama kalinya aku tidur di dalam kamar Tante Dessy karena dia tidak mengijinkan aku kembali ke kamar. Kami tidur berdekapan tanpa sehelai busanapun. Pagi harinya kami kembali melakukan persetubuhan dengan liar… Tante Dessy seolah-olah ingin memuaskan seluruh kerinduannya akan kenikmatan yang jarang didapat dari suaminya.

Semenjak saat itu kami sering sekali melakukannya dalam berbagai kesempatan. Kadang di kamarku, kadang di kamar Tante Dessy, atau sesekali kami ganti suasana dengan menyewa kamar hotel di daerah Lembang untuk kencan short-time. Kalau aku sedang “horny” dan ada kesempatan, aku mendatangi Tante Dessy dan mengelus pantatnya atau mencium lehernya. Kalau OK Tante Dessy pasti langsung menggandeng tanganku dan mengajakku masuk ke kamar. Sebaliknya kalau Tante Dessy yang “horny”, dia tidak sungkan-sungkan datang ke kamarku dan langsung menciumi aku untuk mengajakku bercinta.

Semenjak berhasil merenggut keperjakaanku Tante Dessy tidak lagi cemberut dan uring-uringan kalau Om Bambang pergi tugas mengajar ke luar kota. Malah kelihatannya Tante Dessy justru mengharapkan Om Bambang sering-sering tugas di luar kota karena dengan demikian dia bisa bebas bersamaku. Dan akupun juga semakin betah tinggal di rumah Tante Dessy.

Pernah suatu malam setelah Om Bambang berangkat keluar kota, Tante Dessy masuk ke kamarku dengan mengenakan daster. Dipeluknya aku dari belakang dan tangannya langsung menggerayangi selangkanganku. Aku menyambut dengan mencumbu bibirnya dan membaringkannya di tempat tidur. Saat kuraba payudaranya ternyata Tante Dessy sudah tidak memakai BH, dan ketika kuangkat dasternya ternyata dia juga tidak memakai celana dalam lagi. Bibir vaginanya tampak merah dan bulu-bulunya basah oleh lendir. Samar-samar kulihat sisa-sisa lelehan sperma dengan baunya yang khas masih tampak disana, rupanya Tante Dessy baru saja bertempur dengan suaminya dan Tante Dessy belum merasa puas. Langsung saja kubuka celanaku dan penis yang sudah mengeras langsung menyembul menantang minta dimasukkan ke dalam liang kenikmatan. Tante Dessy menanggapi tantangan penisku dengan mengangkangkan kakinya. Ia langsung membuka bibir vaginanya dengan kedua tangannya sehingga tampaklah belahan lubang vaginanya yang merekah merah.
“Masukin punyamu sekarang ke lubang tante sayang…..” katanya dengan nafas yang berat dan mata sayu.

Karena aku rasa Tante Dessy sudah sangat “horny”, tanpa banyak basa-basi dan “foreplay” lagi aku langsung menancapkan batang penisku ke dalam vagina Tante Dessy dan kami bergumul dengan liar selama hampir 5 jam! Kami bersetubuh dengan berbagai macam gaya, aku diatas, Tante Dessy diatas, doggy-style, gaya 69, kadang sambil berdiri dengan satu kaki di atas tempat tidur, lalu duduk berhadapan di pinggir ranjang, atau berganti posisi dengan Tante Dessy membelakangi aku, sesekali kami melakukan di atas meja belajarku dengan kedua kaki Tante Dessy diangkat dan dibuka lebar-lebar, dan masih banyak lagi. Aku tidak ingat apa masih ada gaya persetubuhan yang belum kami lakukan malam itu. Dinginnya hawa Dago Utara di waktu malam tidak lagi kami rasakan, yang ada hanya kehangatan yang menggetarkan dua insan dan membuat kami basah oleh keringat yang mengucur deras. Begitu liarnya persetubuhan kami sampai-sampai aku mengalami empat kali orgasme yang begitu menguras energi dan Tante Dessy entah berapa kali. Yang jelas setelah selesai, Tante Dessy hampir tidak bisa bangun dari tempat tidurku karena kakinya lemas dan gemetaran sementara vaginanya begitu basah oleh lendir dan sangat merah. Seingatku itulah malam paling liar diantara malam-malam liar lain yang pernah kulalui bersama Tante Dessy.

Petualanganku dengan Tante Dessy berjalan cukup lama, 2 tahun, sampai akhirnya kami merasa Om Bambang mulai curiga dengan perselingkuhan kami. Sebagai jalan terbaik aku memutuskan untuk pindah kos sebelum keadaan menjadi buruk. Tetapi meskipun demikian, kami masih tetap saling bertemu paling sedikit sebulan sekali untuk melepas rindu dan nafsu. Hal ini berjalan terus sampai aku lulus kuliah dan kembali ke Jakarta. Bahkan sekarang setelah aku beristri, kalau sedang mendapat tugas ke Bandung aku masih menyempatkan diri menemui Tante Dessy yang nafsu dan gairahnya seolah tidak pernah berkurang oleh umurnya yang kini sudah kepala lima.


PENGEN KUAT TAHAN LAMA SEX 

TIDAK LOYO EREKSI SEMAKIN KERAS

KLIK SAJA DI BAWAH INI 


 

TANTE TANTE HAUS SEX



Buat para penggemar cerita tante girang, tentunya kalian ga ingin melewatkan kisah seru ku hari ini. Yep! cerita ngentot dengan dua tante tante girang sekaligus dalam semalam suntukini mengispirasikan story ku untuk kubagikan kepada para penikmat memek tante betapa gilanya aku menikmati tubuh mereka berdua. Untuk selanjutnya, saya mohon maaf bila nama yang tertera dalam cerita ngentot tante ini ada sangkutpaunya dengan nama anda atau pasangan anda, mengingat demi privasi maka nama2 yang ada dalam kisah gila ini sengaja disamarkan demi keamanan.
Hari Jumat itu aku seperti biasa berenang sendiri. Setelah melakukan gaya bebas bolak-balik beberapa kali aku beristirahat sambil tetap berendam di tepi kolam. Hari itu agak sepi, paling hanya 15 orang saja yang ada di kolam renang. Langit sudah mulai gelap dan lampu-lampu di sekitar kolam renang sudah mulai dinyalakan. Tapi aku masih ingin berlama-lama menikmati kolam renang, maklum besok hari Sabtu tidak ada kegiatan kuliah.
Tidak berapa lama kulihat seorang wanita berrambut ikal yang berumur sekitar 40-an masuk ke area kolam renang. Meskipun sudah tidak muda lagi badannya terlihat sangat terawat dan sexy. Payudaranya tampak agak menggantung tapi masih cukup kencang dan menurutku tidak kalah dengan wanita-wanita yang lebih muda. Kulitnya putih dan wajahnya juga masih tampak cantik...ah.. rasanya aku kenal wanita itu... Kalau tidak salah dia Tante Mira, teman klub aerobik Tante Mira bekas ibu kosku di Dago yang pernah kuceritakan kisahnya beberapa waktu yang lalu. Pantas saja tubuhnya sexy.... Setelah meletakkan barang-barang bawaannya wanita itu mulai menceburkan diri ke kolam renang, tepat di seberangku. Lalu perlahan ia mulai berenang mengelilingi kolam renang. Saat ia berenang di depanku, kuberanikan memanggil namanya, "Tante Mira..." wanita itu berhenti dan berbalik menatapku.
  • "Hey... Anton ya... sama siapa berenang?" tanya Tante Mira sambil mencubit lenganku.
  • "Biasa tante... sendirian aja, tante sama siapa?"
  • "Oh, sama Luna teman kantor tante... tapi kayaknya dia masih di kamar ganti tuh...soalnya tadi tasnya ketinggalan di mobil... nah itu dia baru datang, tante kenalin yaaa..."
Tampak seorang wanita, terlihat masih muda dan lumayan manis mungkin umurnya sekitar 25-an, berjalan ke arah kolam renang. Rambutnya lurus melewati bahu, tubuhnya terkesan atletis dengan buah dada montok berisi seperti Pamela Anderson di film serial TV "Bay Watch". Tante Mira lalu naik ke pinggir kolam dan bergegas menghampiri wanita tersebut. Tak lama kemudian kedua wanita itu kembali masuk ke kolam renang.
  • "Lun.. ini kenalin... Anton, Ton... ini kenalin..Luna, teman kantor tante," Sambil mengulurkan tangannya Luna tersenyum dan menyebutkan namanya, senyumnya manis sekali. Akupun menyebutkan namaku sambil menikmati kehalusan tangannya. Setelah berbasa-basi sebentar Luna berpamitan untuk berenang beberapa keliling, lalu aku dan Tante Mira mengikutinya. Sebenarnya aku sudah cukup lelah setelah berenang sebelumnya, tapi kebersamaan dengan Tante Mira dan Luna kayaknya sayang kalau dilewatkan begitu saja hanya karena rasa capai yang tidak seberapa. Setelah berenang beberapa keliling kamipun akhirnya berhenti.
  • "Anton.. kok udah lama tante nggak pernah lihat kamu jemput Tante Mira lagi?"
  • "Lho... saya khan sudah nggak kos di tempat Tante Mira..."
  • "Tapi tante dengar kamu masih suka ketemu dengan Tante Mira, iya khan..?" Tante Mira mulai menggodaku dengan senyumnya yang nakal. Aku tidak menjawab, hanya tertawa ringan.
  • "Tante Mira suka cerita tentang kamu lho...hmm.. bikin kita-kita penasaran deh," Tante Mira menggoda lagi, kini tangannya mencubit perutku.
  • "Aduh... sakit tante...," kataku pura-pura kesakitan. Luna yang tidak tahu arah pembicaraan kami tampak agak bingung.
Tante Mira merapatkan badannya ke sampingku dan melingkarkan tangannya di pinggangku.
  • "Luna, kamu kenal dengan Mira teman aerobikku khan..? Anton ini dulu kos di tempat Mira dan semenjak itu si Mira bisa jadi betah banget di rumah kalau Anton lagi nggak kuliah, nggak tau ngapain aja dia dengan si Anton ini," Tante Mira tertawa genit sambil melirikku. Luna hanya tersenyum-senyum saja memandangku.
  • "Ah... ati-ati Teh Mira... mahasiswa sekarang memang nakal-nakal....!!"
Udara malam makin dingin, tapi suasana kami justru mulai menghangat. Aku merasa kegeMiran Tante Mira sedang menantikan tanggapanku. Aku mulai memberanikan diri memegang dan meremas-remas pantat Tante Mira dengan lembut. Jantungku berdegup-degup menanti reaksi Tante Mira... syukurlah dia diam saja dan membiarkan tanganku terus beraksi. Hanya aku dan Tante Mira yang tahu persis apa yang kami lakukan. Suasana kolam renang tidak begitu terang dan kami berendam sebatas leher sehingga apapun yang diperbuat tangan-tangan kami di bawah air tidak akan terlihat siapapun. Meskipun demikian Luna kelihatannya mengerti apa yang terjadi, tapi dia pura-pura tidak tahu dan dengan sengaja berenang menjauhi kami.
Melihat kebengisannya mendapat tanggapanku dan tidak ada lagi orang lain di dekat kami, Tante Mira semakin berani. Tangannya mulai dengan sengaja menyentuh kontolku yang mulai menegang. Melihat aku tidak menolak perlakuannya Tante Mira mulai berani meremas-remas kontolku sehingga membuatnya mengeras. Tante Mira tersenyum nakal.
  • "Oh, ini rupanya yang bikin Tante Mira lupa sama suaminya." Aku tidak mau ketinggalan, kuraba dan kuremas-remas kedua buah dada Tante Mira sehingga membuatnya memekik perlahan. Kami saling meraba dan berpandang-pandangan penuh nafsu. Perlahan-lahan kuarahkan tangan kananku ke selangkangan Tante Mira dan kurasakan gundukan yang lembut dan hangat di antara kedua pahanya. Mulut Tante Mira sedikit terbuka, nafasnya mulai terasa berat dan matanya mulai sayu, tampaknya dia mulai terangsang.
  • "Ssstop Anton... jangan disini... kita ke hotel aja... mau?" kata Tante Mira setengah berbisik dengan nafas mulai berat menahan birahi. Aku mengangguk setuju.
  • "Tapi Luna gimana tante.... masak ditinggal?"
  • "Tenang aja, itu urusan tante... kamu naik dulu... tante mau bicara sama Luna."
Aku bergegas naik dan mengambil handuk serta sabun untuk mandi. Saat aku kembali ke kolam renang tampak Luna dan Tante Mira sudah duduk di kursi sambil mengenakan handuk.
  • "Anton, keberatan nggak kalau Luna ikutan acara kita?" tanya Tante Mira sambil mengedipkan sebelah mata kepadaku.
  • "Terserah Luna aja, Anton sih nggak keberatan tante..." kataku. "Iiih... emangnya acara apaan sih...?" tanya Luna, entah dia cuma pura-pura atau memang tidak tahu aku tidak peduli, yang jelas malam ini aku akan menikmati tubuh Tante Mira yang sexy. Belum terbayang bagiku bagaimana kalau nanti Luna ikut bergabung, aku belum pernah ML dengan lebih dari satu wanita sekaligus.
Kutitipkan motorku di kantor Satpam, kebetulan karena sudah sering berenang di situ aku jadi kenal dengan mereka. Kami bertiga lalu meluncur pergi ke arah Lembang dengan mobil Tante Mira. Tidak berapa lama kemudian kami sampai di Lembang dan Tante Mira lalu mengajak kami untuk makan malam di sebuah rumah makan. Setelah selesai makan Tante Mira membeli beberapa kaleng bir, softdrink dan makanan kecil, "Untuk bekal sampai pagi cukup nggak..." tanya Tante Mira sambil tersenyum nakal. Aku mengangguk setuju sementara Luna masih pura-pura tidak tahu apa yang terjadi.
Akhirnya kami meluncur ke sebuah hotel kecil yang cukup bagus di sekitar Lembang, lokasinya enak dan aman untuk berselingkuh karena mobil bisa langsung parkir di garasi yang tersedia di sebelah kamar. Mungkin hotel itu sejak semula sudah dirancang untuk tempat perselingkuhan, entahlah.....
  • "Eh.. seperti yang aku bilang tadi.... kalau kalian mau ML aku nggak ikutan yaa... aku cuma nunggu kalian di mobil aja."
  • "Aduh Luna... kami nggak tega ninggalin kamu di mobil. Kita bakalan di sini sampai pagi lho, ikutan aja deh ke kamar. Kalau nggak mau ikutan kami ML juga nggak apa-apa, that’s your choice honey... kamu bisa nunggu di ruang tamu sambil minum bir. Atau kalau perlu bisa kami pesankan "extra-bed". Gimana..?" tanya Tante Mira. Luna akhirnya mengangguk setuju.
  • "OK aku di ruang tamunya aja... tapi kalian jangan ribut ya.... nanti aku nggak bisa tidur."
Aku pikir Luna ini cuma pura-pura saja tidak mau ikut ML, kalau dia benar-benar tidak mau ikutan kenapa dia tadi tidak minta diantar pulang saja. Itu jauh lebih baik dari pada tidur di mobil ataupun di kamar sementara kami asyik bercinta sampai pagi. Aku rasa Luna ini sebenarnya mau tapi malu karena baru kenal denganku beberapa jam yang lalu, jadi kupikir bagus juga kalau aku sengaja memancing-mancing dan mengambil inisiatif supaya dia mau ikut. Setidaknya dengan cara itu dia tidak harus merasa malu kalau "terpaksa" ikut bergabung. Hmm... kalau Luna mau ikutan, ini bakal menjadi pengalaman pertamaku ML dengan dua wanita sekaligus.
Kamar hotel yang dipesan Tante Mira cukup besar, sebenarnya hanya satu ruangan tapi antara tempat tidur dan ruang tamu dipisahkan oleh tirai pembatas. Dengan kondisi seperti itu apapun yang terjadi di tempat tidur pasti akan terdengar di ruang tamu. Luna merebahkan dirinya di kursi sofa.
  • "Selamat ML yaa... aku mau disini aja menikmati bir dan tidur nyenyak."
Sampai di kamar Tante Mira mematikan lampu kamar dan hanya menyisakan lampu tidur yang nyalanya remang-remang saja sementara aku langsung merebahkan diri di tempat tidur. Tante Mira lalu mengikuti dan berbaring di sebelahku. Tanpa menunggu komando aku langsung memeluk dan mencumbu Tante Mira, bibir kami saling memagut dan lidah kami saling melilit penuh nafsu. Tangan-tangan kamipun mulai saling meraba dan meremas daerah sensitif masing-masing. Kuselipkan tanganku ke balik bajunya, oh... rupanya Tante Mira sudah tidak mengenakan BH lagi sehingga tanganku dengan mudah langsung meremas payudaranya. Sementara itu tangan Tante Mira dengan ganas berusaha masuk ke celana dalamku untuk meremas kontolku yang sudah menegang sejak tadi. Setelah beberapa saat kami bergumul dan saling meremas dengan panas, aku mulai melepaskan t-shirt dan celana jeansku sementara Tante Mira juga mulai melepas pakaiannya satu per satu.
Akhirnya kami berdua berbaring di atas tempat tidur tanpa sehelai busanapun.
  • "Tante Mira... tante sexy sekali...," kataku memuji sambil meraba payudara dan putingnya. Sengaja aku berbicara tanpa berbisik supaya Luna bisa ikut mendengar.
  • "Ah... kamu bisa aja," tampak wajah Tante Mira memerah, mungkin merasa bangga mendapat pujian dari anak muda. Tante Mira juga tampaknya mengerti maksudku sehingga diapun tidak berusaha mengecilkan suaranya.
  • "Tante, Anton mau menikmati tubuh Tante Mira malam ini sepuas-puasnya... lampunya Anton nyalain aja yaa..."
  • "Iihh... tante malu ah... khan udah nggak muda lagi..."
  • "Tapi tante masih sexy banget lho... swear deh.... Anton betul-betul terangsang."
  • "Terserah Anton kalau gitu... emangnya Anton mau liat apa sih kok pake nyalain lampu segala..."
  • "Anton mau menikmati tubuh Tante Mira yang sexy ini sampai puas, Anton mau menikmati buah dada tante yang indah, Anton mau menikmati seluruh bagian memek tante yang tertutup bulu-bulu lebat itu, Anton mau liat klitoris tante, Anton pengen liat semua bagian dalam memek tante. Boleh khan...?" kataku merayu sambil menyalakan lampu kamar.
  • "Tentu boleh aja sayang...., malam ini tante jadi milik kamu. Anton boleh liat apapun yang Anton mau, boleh pegang apapun... pokoknya boleh ngapain aja... sesuka kamu sayang..... Tapi sebaliknya Anton juga jadi milik tante malam ini yaa.... Sekarang tante mau pegang dan isep pisangnya Anton...gimana?" tanya Tante Mira sambil mendorongku ke tempat tidur.
Mulailah Tante Mira menjilati dan mengulum kontolku. Rupanya Tante Mira cukup ahli dalam ber-oral, diremasnya buah pelirku sementara kontolku dimasukkan ke dalam mulutnya untuk dihisap.
  • "Hmm dasar anak muda, kontolnya keras banget kalau berdiri... tante udah lama nggak ngerasain kontol yang keras seperti ini. Tante nggak sabar pengen ngerasain ini di dalam punya tante...." kata Tante Mira sambil terus menjilati kepala kontolku. Dimasukkannya kembali kontolku ke dalam mulutnya dan sesekali lidahnya menjilati lubang kontolku, wow... rasanya membuat tubuhku bergetar menahan nikmat.
  • "Oohh... tante... enak banget tante....mmhh... isep terus tante...," aku sengaja mengekspresikan setiap rasa nikmat yang kurasakan dengan harapan supaya Luna terpancing untuk ikut bergabung.
Aku memutar posisiku sedikit supaya tanganku bisa meraba dan meremas payudara Tante Mira sementara dia tetap mengulum kontolku. Dengan lembut kuremas payudaranya dan kupilin-pilin pentilnya. Ini membuat Tante Mira makin bernafsu dan bersemangat mengulum kontolku. "Mmhh....mmhh....." Tante Mira mulai mendesah-desah menahan nikmat. Seranganku kulanjutkan lagi, kali ini tanganku mulai mengarah ke memeknya. Kurasakan bulu-bulu kemaluannya yang lebat agak basah oleh lendir yang licin. Jari tanganku mulai menyibak bulu-bulu memek Tante Mira dan masuk ke dalam belahan bibir memeknya. Akhirnya dengan perlahan kumasukkan jari tengahku ke dalam lubangnya yang basah oleh lendir. Kugosok-gosokkan jariku dengan lembut ke dalam dinding-dinding memek Tante Mira sementara ibu jariku mempermainkan klitorisnya sehingga Tante Mira menggelinjang keenakan.
  • "Ah... Anton.... mhh.... masukin sekarang sayang... tante udah kepengen ngerasain kontol Anton di dalam memek tante," katanya sambil melepaskan kontolku dari mulutnya.
Tante Mira lalu merebahkan dirinya di tempat tidur sambil membuka kedua pahanya untuk mempersilahkan kontolku masuk. Tapi aku tidak ingin langsung memainkan partai puncak, aku harus menyimpan tenaga karena bukan tidak mungkin akan ada partai tambahan dengan Luna. "Sabar dulu ya tante... Anton pengen banget jilat memek tante...Anton nggak tahan liat memek tante terbuka seperti itu... boleh....?" "Terserah Anton sayaang.... tante udah kepengen banget sampai puncak...." Pantat Tante Mira kuganjal dengan bantal sehingga aku tidak perlu terlalu membungkuk untuk menikmati memeknya. Perlahan kubuka bibir memeknya yang sedikit menggelambir dengan kedua jempolku, terlihat bagian dalam memek Tante Mira begitu merah dan merangsang. Lubangnya masih terlihat lumayan sempit meskipun sudah punya dua anak, sementara klitorisnya tampak menyembul bulat di bagian atas bibir memeknya.
Tidak tahan melihat pemandangan yang begitu membangkitkan birahi akhirnya aku membenamkan lidahku ke dalam liang memeknya. Dengan penuh nafsu kujilati seluruh bagian memek Tante Mira, mulai dari klitoris, bibir memek, hingga lubang memeknya tidak luput dari sapuan lidahku yang ganas. Tante Mira meremas rambutku dan terus mendesah menahan nikmat.
  • "Oohh... oohh... mmhh... Anton.... mmhh... adduhh...." Suara Tante Mira makin membuatku bersemangat, aku terus menjilati seluruh bagian memeknya seperti seorang bocah sedang menikmati es krim coklat yang begitu nikmat. Jari-jariku mulai ikut ambil bagian untuk masuk ke dalam liang memek Tante Mira, sementara itu bibirku mengulum klitorisnya dan lidahku terus menjilati serta mempermainkannya dengan penuh nafsu.
  • "Aaahh... Antoni... tante nggak tahan Don.... adduuh..." desahannya makin tak terkendali dan tangannya mulai meremas rambutku dengan keras sementara itu otot-otot kedua kakinya mulai menegang. Tampaknya tidak berapa lama lagi Tante Mira akan keluar.
Sementara itu samar-samar kulihat bayangan di ruang tamu mulai bergerak, ah... rupanya Luna mulai terpancing untuk melihat apa yang kami lakukan di atas tempat tidur.
"Anton... Anton... mmhh... tante nggak tahan lagi... tante udah mau keluar.... mmhh.... ahh...aahh...," akhirnya seluruh tubuh Tante Mira menegang selama beberapa saat dan kemudian terkulai lemas. Kulitnya yang putih tampak berubah agak memerah, Tante Mira mengalami orgasmenya yang pertama malam itu. Dia tergolek lemas dengan mata terpejam dan mulut terbuka sementara itu memeknya yang merah seperti daging mentah tampak masih berdenyut-denyut mengeluarkan sisa-sisa kenikmatan. Tante Mira perlahan-lahan mulai pulih kesadarannya setelah beberapa saat terbuai oleh kenikmatan orgasme.
  • "Anton... enak sekali orgasmenya... mmhh... tante sampe lemes.... rasanya belum apa-apa tulang-tulang tante rontok semua...."
  • Aku hanya tersenyum. "Gimana tante... udah siap lagi....," tanyaku menggoda.
  • "Bentar lagi ya Don... badan tante masih lemes.... dan lagi rasa enaknya masih belum hilang...."
Sementara itu kulihat Luna sudah berdiri di samping tirai pembatas ruangan, ikut menikmati apa yang kami lakukan.
  • "Luna, kalau mau gabung kesini aja... nggak apa-apa kok," kataku memancing-mancing.
  • "Iih... enggak ah, aku cuma pengen ngeliat kalian ML aja kok, soalnya suaranya seru banget sih... sampe Luna nggak bisa tidur."
  • "Iya Luna... sini aja lah..., ngapain kamu berdiri di situ... duduk aja di dekat tempat tidur biar bisa liat lebih jelas kalau emang mau liat kita ML," Tante Mira ikut menimpali. Luna kelihatan masih malu-malu, aku lalu berdiri menghampirinya dan menariknya ke sisi tempat tidur.
  • "Tapi kalian nggak apa-apa kalau Luna ikutan ngeliat di sini...?" tanyanya sambil duduk di kursi.
  • "Ah nggak apa-apa Wi, malah kami lebih senang lagi kalau kamu juga mau ikutan ML dengan kami, iya khan Don...... Ikutan ajalah sekalian, aku nggak akan bilang sama suamimu asal kamu juga nggak cerita ke suamiku," kata Tante Mira sambil melirikku dan aku mengangguk mengiyakan. Wajah Luna tampak merah, "Ah.. Luna cuma mau liat kalian aja dulu...." Betul dugaanku, sebenarnya Luna mau ikut bergabung hanya saja ia masih malu-malu. Yang dibutuhkannya cuma sebuah alasan yang pas.
Sementara itu Tante Mira tampaknya sudah pulih sepenuhnya, tangannya mulai meraih kontolku dan menuntunnya ke arah liang hangat di selangkangannya.
  • "Ayo sayang... kita lanjutin lagi.... sekarang punya kamu harus dimasukkin ke sini ya...tante dari tadi pengen ngerasain punya kamu..." Aku hanya tersenyum, sementara itu aku mulai menjilati payudara Tante Mira dan mempermainkan putingnya diantara kedua bibirku. Tubuh Tante Mira mulai menggeliat-geliat kembali.
  • "Ah... Anton... tante jadi konak lagi... punya kamu masukin ya.... sekarang sayang... sekarang... tante udah kepengen banget ngerasain kontolmu yang keras ini..." Tante Mira terus merengek-rengek meminta aku memasukkan kontol ke memeknya sementara itu tangannya terus meremas-remas kontolku sehingga membuatnya makin mengeras. Akhirnya perlahan-lahan kubuka paha Tante Mira sehingga bibir memeknya membelah dan menampakkan liangnya yang bisa mengundang nafsu birahi setiap lelaki.
Dengan perlahan-lahan kutuntun kontolku menuju lubang memek Tante Mira yang sudah siap menanti sejak tadi, dan... blesss... dengan sekali sentakan ringan kontolku masuk ke dalam memeknya. "Aahh..." teriak Tante Mira sambil menaikkan pinggulnya untuk menyambut kontolku. Rupanya Tante Mira sudah sangat terangsang dan bernafsu sehingga sekalipun dia berada di posisi bawah justru dia yang lebih aktif menggerak-gerakkan pinggulnya. Aku tidak mau kalah ganas dengan tante berumur 40-an ini, kugerakkan pinggulku turun naik dengan sentakan-sentakan yang kuat sehingga kontolku terasa masuk ke dalam dengan mantap.
  • "Aduhh.. Anton... kontolmu sampai ke ujung... enak banget....mmhh... terus sayang... tusuk yang kuat sayang... tante suka.... mmhh... mmhh.... mmhh... mmhh ...mmhh .." Tante Mira terus mendesah berulang-ulang seirama dengan tusukan kontolku. Suara kecipak beradunya kontolku dengan memek Tante Mira dan suara derit ranjang yang bergoyang menyertai desah persetubuhan kami yang ganas. Aku rasa dengan cara seperti ini Tante Mira tidak akan bertahan lama.
Beberapa saat kemudian Tante Mira minta ganti posisi, dia ingin berada di atas. Akhirnya aku berbaring pasrah sementara Tante Mira memposisikan dirinya berjongkok di atasku. Tangannya meraih kontolku dan membimbingnya menuju liang memeknya yang basah kuyup oleh lendirnya sendiri. Begitu kontolku masuk, Tante Mira lalu mulai menggerak-gerakkan pinggulnya dengan ganas. Gerakannnya makin lama makin cepat dan desahannya makin keras, "Mhh... mmhh.. mmhh...." aku belum pernah merasakan goyangan pinggul seorang wanita seganas Tante Mira. Saking keras dan semangatnya goyangan Tante Mira, beberapa kali kontolku sempat terlepas dari cengkeraman memeknya tapi Tante Mira dengan sigap memasukkan kembali. Dan akhirnya tidak sampai tiga menit Tante Mira di posisi atas iapun mulai mengalami orgasme yang kedua kali....
  • "Aduh... tante mau keluar lagi sayang... aduuh... mmhh... mmhh... mmhh... aahh!" Tante Mira menjerit keras berbarengan dengan orgasmenya yang kedua. Kedua tangannya mencengkeram erat dadaku dan kepalanya mendongak ke atas sementara itu memeknya menelan habis kontolku sampai aku bisa merasakan ujungnya.
Baru kali ini kurasakan orgasme seorang wanita yang begitu ganas dan intens. Seganas-ganasnya Tante Mira, rasanya masih kalah ganas dibandingkan Tante Mira. Tidak berapa lama kemudian Tante Mira terkulai lemas di dadaku. Aku melirik ke arah Luna, kulihat dia mulai terangsang hebat melihat "live-show" di depan matanya... Duduknya serba gelisah dan tangannya meremas-remas ujung bajunya. Aku sendiri sebenarnya belum orgasme, tapi rasanya juga tidak lama lagi. Permainan liar Tante Mira mau tidak mau membuatku makin dekat menuju puncak orgasme juga. Kalau aku sekarang mengajak Luna untuk ML pasti aku tidak akan sanggup bertahan lama, jadi kuputuskan untuk menyelesaikan ronde pertamaku dengan Tante Mira saja. Setelah Tante Mira mulai pulih dari orgasmenya, aku balikkan tubuhnya sehingga dia kembali dalam posisi terlentang. Tanpa basa-basi langsung aku menancapkan kontolku ke dalam memeknya.
  • "Anton... tante masih lemes... sabar sayang.... sebentar lagi.... mmhh... mmhh..." Tante Mira mencoba mendorongku. Tapi tenaganya tidak cukup kuat, lagi pula hanya berselang beberapa detik kemudian tampaknya Tante Mira sudah mulai terangsang lagi. Apalagi setelah telinga dan lehernya kujilati dengan lidahku. Maklum kaum wanita dalam hal persetubuhan sebenarnya jauh lebih hebat dari pria, mereka bisa mengalami orgasme berkali-kali dalam waktu yang singkat kalau mendapatkan rangsangan yang tepat.
Aku terus menusukkan kontolku berulang-ulang ke dalam memek Tante Mira.
  • "Anton... kamu nakal sekali... mmhh... mmhh .... dasar anak muda..... mmhh... adduuh sayang... nanti tante bisa keluar lagi.... mmhh... Anton... aduuhh...mmhh... tante jadi konak lagi... aahh... kamu ganas sekali...." kurasakan pinggul Tante Mira yang semula diam pasrah kini mulai mengikuti gerakan pinggulku. Setiap kali aku menusukkan kontolku, pinggul Tante Mira menyentak ke atas sehingga kontolku masuk semakin dalam. Gerakannya yang kembali ganas membuat ketahananku hampir jebol. Perlahan-lahan kuatur posisiku agar bisa menusukkan kontol sedalam-dalamnya.
  • "Tante... udah mau keluar belum.....?"
  • "Mmhh... iya sayang.... tante udah mau keluar lagi.... mmhh ...mmhh..."
  • "Sekarang kita barengan ya... Anton juga udah mau keluar...." "Hmmhh....... keluarin aja sayang... keluarin semuanya di dalam.... tante siap menampung.... tante udah nggak tahan sayaang.. ... tusuk tante yang kuat....... mmhh.... uuh... rasanya kontol kamu makin besar..... dorong yang kuat sayang..... iya... seperti itu sayang... iya... masukin yang dalam...mmhh... adduuh... tante keluar lagi.... aahh...aagh....!!"
  • "Tante... mmhh... aduuh... Anton udah nggak tahan lagii..... aahh...aahh..aagghh...!!" Akhirnya sebuah semburan sperma yang dahsyat ke dalam memek Tante Mira menyertai kenikmatan orgasmeku. Sementara itu tubuh Tante Mira juga kembali menegang dan berkedut-kedut menahan nikmat orgasmenya yang ketiga malam itu. Tidak lama kemudian tubuh kami saling berpelukan dengan lemas, kami tidak bergerak ataupun berkata-kata untuk beberapa saat karena rasa nikmat orgasme yang bersamaan tadi seolah meluluhkan semua kekuatan dan keinginan kami selama beberapa saat.
Aku dan Tante Mira hanya ingin diam berpelukkan dan saling menikmati hangatnya tubuh masing-masing, sementara kontolku yang terasa makin melemah masih tertancap di dalam memek Tante Mira.... Tidak berapa lama kemudian aku membaringkan tubuhku di samping Tante Mira. kontolku tergolek lemah kelelahan, basah kuyup oleh campuran lendir memek Tante Mira dan spermaku sendiri. Sementara itu dari celah memek Tante Mira lelehan sisa spermaku yang berwarna putih kental tampak mengalir keluar bercampur dengan lendir Tante Mira. Aku yakin spermaku banyak sekali yang masuk ke memeknya karena sudah hampir dua minggu aku belum mengeluarkannya. Tante Mira memiringkan badannya dan mengelus-elus kontolku.
  • "Gila kamu Anton..... belum-belum tante udah keluar tiga kali... kayaknya tante nggak bakalan kuat nih kalau ML sampai pagi...."
  • "Ah nggak apa-apa tante... khan ada Luna, dia bisa gantiin tante kalau tante udah capek... iya nggak," kami tertawa cekikikan melirik Luna yang dari tadi tampak duduk gelisah menahan gejolak nafsu.
  • "Iya Luna, ayo kamu ikutan sini dong... bantuin aku ngerjain Anton... aku nggak bakalan kuat kalau sendiri," kata Tante Mira ikut memanaskan suasana.
  • "Ah... kayaknya aku nggak perlu bantuin Teh Mira..., tuh liat... Anton punya udah lemes... kelihatannya dia juga udah bakal nggak kuat lagi main dengan Luna....," kata Luna yang mulai menanggapi ajakan kami dengan setengah menantang.
  • "Tapi kalau punyaku bisa berdiri lagi Luna mau ikutan nggak...?" pancingku.
  • "Boleh aja... tapi buktiin dong kalau Anton punya masih sanggup berdiri lagi seperti tadi," kata Luna. Tampaknya Luna sudah mendapatkan alasan yang pas untuk ikut bergabung.
  • "Ok... aku akan buktikan kalau sebentar lagi punyaku akan bangun dan keras seperti tadi tapi syaratnya harus Luna yang bangunin yaa..." kataku tersenyum.
  • "Iya... tapi dibersihin dulu dong.. Luna nggak mau bekas Teh Mira... he... he.. he..." Aku lalu bangkit ke kamar mandi untuk membersihkan kontolku dari sisa-sisa cairan hasil persetubuhan dengan Tante Mira. Saat keluar dari kamar mandi tampak Luna sudah duduk di tepi tempat tidur. Sementara itu Tante Mira gantian duduk tanpa busana di kursi sambil menenggak sekaleng bir hitam dan menghisap rokok.
  • "Ayo sini anak muda.... kita buktikan apa kamu masih sanggup bertempur lagi..." kata Luna sambil tersenyum nakal. Setelah mendapat alasan yang pas, Luna yang sebelumnya tampak malu-malu mulai menampakkan nafsu sex yang tidak kalah dengan Tante Mira. Aku lalu membaringkan tubuhku di tempat tidur.